........: JuNiooR :.......

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Wednesday, January 03, 2007

INI RUMAH KITA, SAYANG...

Buku tebaru Gola Gong dan Tias TatankaPenerbit: Gema Insani, November 2006Buku ini berisi pengalaman-pengalam an menarik dari sepasang suami-istripenulis. Bagaimana mereka mengelola waktu untk keluarga dan lingkungan.Bagaimana anak-anak mereka tumbuh di antara komunitas Rumah Dunia.Ini Rumah Kita, Sayang... Seolah ungkapan sepasang suami-istri muda,yang mengharapkan bahtera rumah tangga mereka tahan terhadap badaikehidupan. Buku ini juga cocok untuk pasangan yang sedang merencanakanmenikah. Banyak hal bisa kita pelajari di buku ini. Cobalah kita rsakan"mimpi-mmpi" seorang wanita seperti dalam sajak "Rumah Kita" karya TiasTatanka:RUMAH KITAAku taburkan rumput di halaman belakangdi antara pohon lengkeng dan manggasudah tumbuhkah bunganya? Aku ingin menaburkan sajak di jalan setapakdi seberang istana merpati yang tak pernah terkurungkarena aku dan kamu selalu ingin melayang jauhmelihat angkasa dan bintang-bintangdari atap rumah kitaAku akan ceritakan kelak pada anak-anak tentang matahari, bulan, laut, gunung, pelangi, sawah, bau embun, dan tanah. Aku ajari anak-anak mengerti hijau rumputWarna bunga dan suara.*** Hidangan Pembuka: KELUARGA ADALAH RUMAH SURGASubhanallah. Semua memang Allah yang berkehendak. Buku iniselesai kami buat, itu atas kehendak Allah. Lalu ketika tiba padapemilihan judul, kami sempat pusing. Dan tanpa diduga, kami bertemudengan Mohammad Faudzil Adhim, yang sangat piawai dalam membuatjudul-judul buku, seperti Kupinang Engkau dengan Hamdallah, MencapaiPernikahan Barokah, dan Kado Pernikahan untuk Istriku. Kami meyakini,pertemuan itu atas kuasa Allah semata. Semua sudah direncanakan- Nya.Dalam proses pembuatan buku ini, beberapa buku karya Cak Adhim (begitukami memanggil) jadi rujukan. Dalam hati kami berkata, alangkah indahnyajika bisa bertemu dengan penulis hebat ini. Ternyata do'a kamidikabulkan Allah.Pada Selasa, 5 Juli 2005, salah satu diantara kami (GolaGong) sepesawat dengan Cak Adhim. Di penerbangan SQ 163, tujuan Jakarta- Singapura - Dubai - Cairo, Gola Gong menceritakan tentang rencana bukuini. Kami tahu Cak Adhim ahli dalam membuat judul buku. Rencana awal,buku ini akan kami beri judul "Home Sweet Home". Tapi terasa tidakmembumi dengan kosa kata bahasa Inggris. Saat diskusi kecil di pesawatitulah, Cak Adhim mengusulkan judul buku "Ini Rumah Kita, Sayang...."Saya tersihir. Judul itu sangat pas dengan puisi Tias Tatanka; RumahKita. Gola Gong mengabarkan lewat SMS dari Cairo kepada Tias Tatanka danIna, editor Gema Insani, yang menangani manuskrip ini. Alhamdulillah,semua merasa cocok. Maka Ini Rumah Kita, Sayang.... , hadir untuk pembaca budiman.Didalamnya kami mencoba membagi pengalaman tentang kehidupansehari-hari, yang sedang belajar membangun keluarga sakinah mawadahwarrahmah. Bagi kami keluarga harus bermula dari ibu, setelah itu bapak.Allah sudah menyatakannya dalam Al-Qur'an. Ibu adalah penentu segalakemajuan zaman. Pada ibulah sebuah rumah akan bersinar atau tidak. Padaibu pulalah para penghuni rumah kelihatan berseri atau bermuram durja.Ibu ibarat pondasi sebuah negeri, karena anak-anak bangsa bergantungpada kekokohannya. Maka kami mengibaratkan keluarga adalah sebuah rumah surga,dimana didalamnya ada anak-anak sebagai tiang-tiangnya dengan segalacanda dan tawanya. Ibu perekatnya. Sedangkan bapak yang menjagakeseimbangannya. Jika salahsatu dari unsur itu tidak harmonis, makaambruklah rumah surga itu. Bukan surga yang didapat, tapi malah nerakajahanam.Harmonisasi itu harus dibina dan dijaga terus-menerus,dengan berbagai ujian dan cobaan dalam kehidupan, karena tak ada rumuspasti untuk menjadikan sebuah keluarga selalu mesra. Keseimbangan ituterletak di hati, saat masing-masing menyadari kodrat, fitrah daneksistensi dirinya. Keterbukaan dan kesabaran menjadi komponen pentingdalam sebuah rumah, untuk menuju seimbang dan harmoni, di bawah ridlaAllah semata.Setiap keluarga pasti memiliki skala keseimbangan danharmoni yang tidak dapat jadi tolok ukur yang sama bagi keluarga lain.Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, plus minus, yang hanyadapat menjadi cermin setiap individu. Begitu pun buku ini, yang sengaja disusun sebagai sebuahcermin, menunjukkan bahwa kami ada dan sedang berproses menjadi lebihbaik. Kisah-kisah yang terentang dalam buku ini insya Allah dapatmengilhami setiap yang membaca, sebagaimana kami terilhami daribuku-buku, kejadian sekeliling. Tanpa bermaksud takabur, riya', kami hadirkan tulisan ini,dengan segala kerendahan hati. Bukankah segala yang agung dan muliahanyalah milik-Nya? Subhanallah, walhamdulillah, syukur ke hadirat Allah SWTyang telah mencurahkan ni'mat dan ridla-Nya sehingga kami dapatmenyelesaikan buku ini. Begitu pun ucapan terima kasih tak terhinggapada orang tua kami, Drs. H. Haris Sumantapura dan Hj. Atisah, HMA AgusSutanto, BcHk dan Ibu Sri Sugiarsih, atas doa restu dannasehat-nasehatnya. Juga pada buah hati kami: Nabila Nurkhalishah,Gabriel Firmansyah, Jordy Alghifari dan Natasha Azka Noorsyamsa,kalianlah cahaya hari-hari kami. Kepada Teh Pipiet Senja, Ina "cenitcenit" dan Penerbit Gema Insani,terima kasih atas kesempatan menuliskan kisah ini. Pada Cak Adhim,terima kasih untuk diskusi yang berkesan. Juga pada para volunteer RumahDunia, terus bersemangat merenda masa depan. Akhirul kalam, selamat membaca, sahabat. Semoga buku inimembawa manfaat, menggugah semangat, dan jadi cermin bagi kita semua.Kami sendiri sedang terus belajar. Hidup bagi kami belum lagi usai.